Selamat Tinggal

Izinkan aku untuk menuangkan isi pikiran (mungkin juga hati) melalui tulisan ini sejujur-jujurnya. Maaf jika pada akhirnya tulisan ini menyakiti salah satu pihak. Ketahuilah, aku tidak bermaksud menyakiti. Aku hanya ingin menuangkan apa-apa yang membebaniku setelah perpisahanku dengan seseorang. Aku hanya ingin jujur. Aku hanya ingin sembuh.

--

Teruntuk kamu, yang merasa aku tinggalkan..
Maaf.
Maafkan kepergianku yang tiba-tiba.
Maafkan kepergianku yang mungkin menyakiti.
Maafkan aku yang memilih untuk tidak kembali setelah kamu minta berkali-kali.

Kepergianku bukan tanpa alasan..
Aku lelah.
Lelah sekali menghadapi kamu yang selalu membahas kesalahan yang telah lalu di setiap pertengkaran.
Lelah sekali melihat kamu meladeni pengikut di sosial media yang berusaha menggoda dan tanggapanmu itu seolah-olah menunjukkan bahwa kamu belum mempunyai pasangan.
Lelah sekali menghadapi kamu yang alih-alih meminta maaf setelah kuberitahu letak salahmu, kamu justru berusaha menyalahkanku kembali.

Maaf atas kebohonganku..
Aku sempat berucap ingin kembali, tapi kuurungkan setelah melihat tak ada perubahan darimu.
Aku sempat berkata sedang dekat dengan seseorang, saat yang kuinginkan hanyalah agar kamu menjauh dan mencari kebahagiaanmu sendiri.

Hubungan kita sudah tak sehat..
Aku sudah merasa terbebani dengan segala keposesifan dan pikiran burukmu yang seolah tak pernah berhenti.
Sementara aku masih ingin bersosialisasi dengan teman-temanku tanpa menghadapi kamu yang terus menghubungi dan memarahiku hanya karena aku terlalu asik mengobrol sampai lupa mengabari saat di sisi lain, kamu kubiarkan menginap di luar kota bersama teman-temanmu yang bahkan ada teman lawan jenismu juga.
Seingatku, aku tak pernah mengganggu waktumu bersama teman-temanmu.

Bagaimana kabar perempuan yang sempat kamu hapus percakapannya demi menyembunyikannya dari aku? Haha. Aku tidak akan menuliskan tentang dia di sini karena bagaimanapun, kurasa dia tidak tahu apa-apa saat itu.
Aku hanya tertawa mengingat pembelaanmu tentang kejadian itu.
Apakah ludah sendiri terasa senikmat itu bagimu?

Yah, dengan siapapun kamu nantinya, aku harap kamu tidak lagi melakukan hal buruk yang kamu lakukan padaku dulu.
Tidak lagi meladeni perempuan lain apapun alasannya.
Tidak lagi berbohong atau menutupi apapun saat kamu meminta pasanganmu untuk terbuka.
Tidak lagi bermain drama seolah-olah kamulah yang paling tersakiti.
Tidak lagi meninggikan ego dan malah menyudutkan pasangan saat kesalahanmu sendiri sudah disebutkan.

Aku tahu kamu masih menyimpan pemikiran buruk atas kepergianku.
Itulah kenapa beberapa cuitanku di Twitter masih kamu tanggapi melalui pesan langsung.
Aku memilih untuk tidak menjawab.
Bukan karena tuduhanmu benar, melainkan aku sudah muak untuk menjadi tokoh di dalam drama yang kamu buat.

Jangan lagi membelokkan persepsi seolah semua adalah salahku sepenuhnya, saat kenyataannya tidak begitu.

Tolong, buat drama lain yang tidak lagi melibatkan aku di dalamnya.

Cukup.

Aku lelah.

Aku muak.

Selamat melangkah maju.
Biarkan aku bahagia, karena aku akan turut berbahagia atas segala hal baik yang terjadi di kehidupanmu nantinya.
Selamat tinggal.

--

Jakarta Selatan,
03 Maret 2020

Comments

Popular posts from this blog

cieeee

Laki-Laki Bilang...

Untuk Kamu