Posts

Showing posts from 2016

Bisu

Mungkin aku yang salah mengartikan semua pertanda yang  ― kukira ―  kamu berikan hanya untukku. Padahal, bisa saja kamu melakukan hal yang sama pada setiap perempuan yang kamu kenal. Mungkin aku yang terburu-buru mengartikan kebaikanmu sebagai pertanda kamu siap membuka halaman baru. Padahal kenyataannya, kamu masih terjerat luka lama dan menjadikanku sebagai batu lompatan sebelum akhirnya kamu berhasil melupakannya dan pergi bersama perempuan lain. Entahlah, aku tidak tahu mau menulis apa kali ini. Aku kehabisan kata. Kamu terlalu sempurna untuk perempuan yang bahagia saja selalu berpura-pura. Bersamamu, aku tak butuh kata karena berada di dalam cakupan penglihatanmu saja aku bahagia. Bersamamu, aku tak perlu bersusah-payah menjaga diri karena berada dalam pelukanmu, aku merasa aman. Aku bahkan tidak membutuhkan bantal untuk bersandar karena pundakmu saja mampu membuatku merasa nyaman. Bersamamu aku bisu.

Jogja

"Nanti kalo kamu ke Jogja, aku ajak jalan-jalan biar kamu tau kalo setiap sudut kota Jogja itu romantis." "Jangan. Nanti kalo kita pisah, aku jadi gak mau ke jogja lagi gara-gara udah kebanyakan kenangan sama kamu." "Kita jadian aja belum, kamu udah mikirin pisahnya aja hahaha." "Bukannya perpisahan itu pasti?" Dan, di ujung telepon kamu terdiam. Entah karena kamu berpikir akan meninggalkanku atau karena kamu tak mengira aku akan menjawab seperti itu. “Aku gak bakal ninggalin kamu.” Akhirnya, kamu bersuara lagi. “Iya, semua yang ninggalin aku juga awalnya bilang begitu.” Aku sudah benar-benar muak dengan ucapan seperti itu. Aku tak butuh ucapan angin lewat, aku hanya butuh seseorang melakukannya tanpa berjanji. Karena yang berjanji, pada akhirnya akan selalu mengingkari. “Segitu sakitnya luka yang ditinggalin masa lalu kamu?” Tanyamu yang mungkin sudah lelah menghadapi jawaban-jawabanku. Kali ini aku yang terdiam. Sejenak

Teruntuk, Masa Lalu

Aku hanya ingin bercerita tentang mereka yang pernah singgah kali ini. Mereka yang telah membuatku menjadi aku. Mereka yang mungkin tanpa sadar telah membantuku berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka yang pernah menilik kemudian tinggal beberapa saat, ataupun mereka yang hanya menolehkan kepalanya lalu pergi. Kalau kamu berpikir aku tak ingat tentang kebaikanmu, kamu salah. Aku ingat. Hanya saja, aku harus terus mengingat keburukanmu agar aku tidak berlarut dalam masa lalu. Karena terkadang, saat aku mengingat kebaikanmu, aku merasa seperti ditarik kembali oleh ruang waktu. Kembali ke masa saat kita masih saling berbagi segalanya. Dan, terkadang hal itu mampu membuatku lupa kalau aku (dan mungkin kamu) sekarang sudah memiliki seseorang yang akan melakukan apapun untuk membahagiakan. Itulah kenapa aku harus selalu mengingat keburukanmu. Ya, caraku mungkin salah. Tapi, kamu hanya mengajariku bagaimana mencintai dengan tulus dan untuk tidak menuntut apapun pada pasangan. Kamu