Sore Itu di Stasiun Tanah Abang
Pada lobby antar peron stasiun Tanah Abang, aku terpaut pada satu wajah laki-laki yang tidak terlalu tampan tapi tetap menarik untuk dilihat. "Kereta tujuan Pondok Ranji ada di peron berapa, ya?" Ia menghampiriku. "Di peron 5 sama 6 bisa, mas." Jawabku sebisa mungkin menahan untuk tak menunjukan rasa senang yang pasti akan terlihat konyol jika aku tak bisa mengendalikannya. "Mbaknya mau ke arah sana juga?" "Iya, mas. Kebetulan mau ke Pondok Ranji juga." Aku tersenyum, dengan kedua earplug masih mengganjal di kedua telingaku. "Wah, enak dong jadi ada temen ngobrol." Ia mulai memasukkan gadgetnya ke dalam tas yang ia kenakan di depan badannya. Untuk menghargainya, aku hanya menjawab dengan sebuah senyum simpul sambil melepas kedua earplugku tapi masih kugenggam telepon pintar milikku. Bersiap mendengarkan basa-basinya yang jika membosankan, aku bisa alihkan perhatianku pada media sosial yang siap untuk ditengok kapanpun.