Bisu
Mungkin aku yang salah mengartikan semua pertanda yang ― kukira ― kamu berikan hanya untukku. Padahal, bisa saja kamu melakukan hal yang sama pada setiap perempuan yang kamu kenal. Mungkin aku yang terburu-buru mengartikan kebaikanmu sebagai pertanda kamu siap membuka halaman baru. Padahal kenyataannya, kamu masih terjerat luka lama dan menjadikanku sebagai batu lompatan sebelum akhirnya kamu berhasil melupakannya dan pergi bersama perempuan lain. Entahlah, aku tidak tahu mau menulis apa kali ini. Aku kehabisan kata. Kamu terlalu sempurna untuk perempuan yang bahagia saja selalu berpura-pura. Bersamamu, aku tak butuh kata karena berada di dalam cakupan penglihatanmu saja aku bahagia. Bersamamu, aku tak perlu bersusah-payah menjaga diri karena berada dalam pelukanmu, aku merasa aman. Aku bahkan tidak membutuhkan bantal untuk bersandar karena pundakmu saja mampu membuatku merasa nyaman. Bersamamu aku bisu.