Posts

cieeee

hai, apa kabar? life been so messed up lately, huh? to the point you feel like your existence is just a burden to another human being. mau nangis rasanya, tapi ngerasa malu karena udah mau kepala tiga. mau end everything tapi gak punya keberanian sebesar itu, jadi cuma bisa jalanin hidup yang kayak zombie; badannya ada, pikirannya gak tau kemana. everything feels so irritating, ya? bawaannya mau marah terus over the little things. ngerasa butuh dipeluk dan diperhatiin atau kalau bahasa lirik lagu sih maunya dirayakan, tapi kenyataannya gak punya siapa-siapa. lagi berat juga kan mikirin hal itu? mau mulai pacaran, tapi belum selesai sama diri sendiri. let alone soal belum selesai sama masa lalu, yang ada di kepala cuma pikiran takut bebanin pasangan kalau nanti lagi kumat; be it overthinkingnya, insecurenya, clingynya, etc. oh, atau ngerasa gak pantes buat siapapun ya walaupun banyak yang bilang lo oke secara fisik, baik, dan hal positif lainnya, tapi yang lo rasain cuma lo penuh kekura

Untuk Kamu

 Teruntuk pasanganku nanti, Tolong diingat bahwa sejatinya, nggak ada manusia yang sempurna. Yang ada hanyalah manusia yang siap belajar dari kesalahan. Aku nggak akan pergi setelah tau kekuranganmu, Kuharap kamu juga begitu. Aku nggak akan pergi selagi kamu masih mau beriringan. Aku akan memilih untuk terus memperbaiki berkali-kali, dibanding harus berganti lagi. Mari sama-sama belajar untuk menjadi saling.

Perempuan Itu Aku

Kamu datang kepadaku dengan segudang luka masa lalu. Permasalahan keluarga yang tak kunjung usai, Serta berjuta pertanyaan "kenapa aku diselingkuhi berulangkali?" Aku menyambutmu dengan pelukan hangat. Kutenangkan kamu dan kubahagiakan semampuku. Sekali waktu aku berbuat salah, "Tak apa," ucapmu menenangkan. Sial, Sikapmu itu membuatku semakin jatuh. Semakin dalam, Semakin jauh. Sayangnya, Aku telat menyadari bahwa aku jatuh sendirian. "Kayaknya, aku udah gak sayang lagi sama kamu dan aku udah gak mau pertahanin semuanya lagi," Ucapmu ringan pagi itu. BHUG! Aku menyentuh dataran berkerikil. Sudah sampai daratan. Tidak lagi melayang. Benar-benar jatuh. Seketika terbayang kilasan-kilasan masa lalu. Tentang bagaimana aku memilihmu dari semua pilihan yang ada, Tentang bagaimana usahaku menarikmu untuk setidaknya berada di level yang sama denganku. Karena untuk mencapai mimpi kita kala itu, ada orangtuaku yang harus kamu yakinkan. Ya sudah, Setidaknya aku sudah

Yang Sebenarnya

Hai Tuan, Bagaimana rasanya mendapatkan atensi penuh dari hal yang hanya kau ceritakan sebagian? Mungkin memang semua kesalahanku sejak awal karena aku terlalu mudah membagikan cerita kebaikanmu di sosial media sementara kamu hanya bercerita di sana setiap kita bertengkar, jadi akan lebih mudah bagi teman-teman dan pengikutmu untuk percaya bahwa sepenuhnya adalah kesalahanku. Tidak munafik, akupun sempat berpikir kalau perpisahan ini salahmu saat aku menutup mata soal kenyataan bahwa aku memang meninggalkanmu dan segudang mimpi kita di belakang. Sampai saat tadi malam, temanku bercerita bahwa lagi-lagi kamu membagikan sepotong cerita itu pada pengikutmu dan aku tersadar bahwa sedikit-banyak, ini juga kesalahanku. Maaf, kalau meninggalkanmu ternyata semenyakitkan itu bagimu. Tapi entah kamu sadar atau tidak, aku sudah mencoba untuk bertahan berkali-kali. Bertahan dengan kamu yang pada setiap pertengkaran selalu mengucap "aku janji bakal berubah", tapi sedikitpun aku tidak bisa

Kehilangan

Hai! Apa kabar, kamu? Aku tahu jawabannya pasti baik-baik saja. Apa kabar aku? Aku juga baik-baik saja setelah kehilanganmu. Setidaknya aku pikir begitu pada awalnya. Hingga pada suatu sore, entah datangnya darimana, aku mengingatmu secara tiba-tiba. Ingatan yang sangat kuat. Diikuti dengan pengandaian lainnya seperti; "Apa jadinya ya kalau kita masih saling bertukar kabar?" "Apa jadinya ya kalau kamu tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang aku yang kamu lihat melalui sosial media?" "Akan seperti apa kita kalau pertemuan lebih dulu terjadi dan bukan perpisahan?" Dan pengandaian lainnya yang cukup mengganggu karena terlalu riuh. Seketika aku merasa hampa. Kosong. Entah karena apa. Padahal yang selain kamu pun bersedia menemani. Nanti, Kalau suatu hari kamu kembali mengingatku, jangan ragu untuk menghubungi ya. Aku akan dengan senang hati menyambutmu. Aku masih sangat ingin mendengar banyak hal tentan

Selamat Tinggal

Izinkan aku untuk menuangkan isi pikiran (mungkin juga hati) melalui tulisan ini sejujur-jujurnya. Maaf jika pada akhirnya tulisan ini menyakiti salah satu pihak. Ketahuilah, aku tidak bermaksud menyakiti. Aku hanya ingin menuangkan apa-apa yang membebaniku setelah perpisahanku dengan seseorang. Aku hanya ingin jujur. Aku hanya ingin sembuh. -- Teruntuk kamu, yang merasa aku tinggalkan.. Maaf. Maafkan kepergianku yang tiba-tiba. Maafkan kepergianku yang mungkin menyakiti. Maafkan aku yang memilih untuk tidak kembali setelah kamu minta berkali-kali. Kepergianku bukan tanpa alasan.. Aku lelah. Lelah sekali menghadapi kamu yang selalu membahas kesalahan yang telah lalu di setiap pertengkaran. Lelah sekali melihat kamu meladeni pengikut di sosial media yang berusaha menggoda dan tanggapanmu itu seolah-olah menunjukkan bahwa kamu belum mempunyai pasangan. Lelah sekali menghadapi kamu yang alih-alih meminta maaf setelah kuberitahu letak salahmu, kamu justru berusaha menyalahkanku

Patah

Sini, mendekat. Akan aku beritahu cara mematahkan hati seseorang menjadi debu. Puji dia setiap hari saat kamu ingat. Puji penampilannya saat di hadapanmu. Perlakukan dia seperti dia hanya satu-satunya yang kamu inginkan. Ucapkan "aku sayang kamu" sesering yang kamu bisa. Buat dia yakin kalau kamu takkan pernah membuatnya kecewa seperti mantan kekasihnya yang terdahulu. Saat dia mempercayai semua, hempaskanlah. Goda perempuan mana pun yang kamu mau. Jangan pedulikan perasaannya, karena itu yang kamu nantikan sejak lama. Tapi, saat dia berhasil bangun dari keterpurukannya... Jangan kembali. Mohon sadar diri, Kamu tidak pantas untuknya.